Senin, 17 Agustus 2015

LAGUKU (part 2)



24 Juli 2014
“dinda, aku ingin menemuimu hari ini jam 4 sore. Ini serius. Ada yang ingin kubicarakan padamu. Kau harus datang yaa. kutunggu di studioku..“
pesan singkat itu di kirimkan Aldi jam 3 sore. Tumben sekali isi pesan singkatnya terdengar sangat serius, padahal Aldi yang kutahu adalah orang yang sangat periang, tingkahnya membuat siapa saja yang melihatnya selalu tersenyum, kata-kata yang keluar dari mulutnya pun selalu dapat membuat kami yang mendengarnya tertawa. Tapi
kali ini aku yakin Aldi sedang tidak bercanda. Sore itu aku menemuinya di tempat biasa. Dia terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Wajahnya pucat seperti mayat hidup, Sorot matanya yang tajam membuatku khawatir, apa gerangan yang sedang memenuhi isi kepalanya sore ini dan kenapa dengan Aldi-ku?
“Astaga,, Aldi.. kenapa wajahmu pucat seperti itu? Kamu sakit? Mau kuantar kedokter?”
“Ah tidak apa-apa. Aku hanya terlalu banyak bergadang, sudah 3 hari ini aku tidak tidur karena mengerjakan lukisan-lukisanku. Oh iya,  gimana buku yang kamu terbitkan kemarin? Sudah masuk buku best seller-kah?”
“hmm.. sudah.. satu minggu sejak ku terbitkan, bukuku sudah memasuki jajaran buku best seller”
“syukurlah, kamu sekarang makin sukses dengan karya menulismu, lalu.. bagaimana dengan pelajaran melukismu yang setiap hari kuajarkan?”
“sebenarnya aku masih kesulitan untuk membuat detail lukisan, tapi lumayan ada peningkatan sih..”
“terus tentang hobby photography-mu, katanya kamu mengikuti lomba photography, hasilnya gimana?”
“view dari foto-ku masih jelek, jadi aku kalah di lomba itu, tapi tak apalah, aku bakalan terus mencoba memotret dengan view yang baik”
Kenapa Aldi menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak begitu penting menurutku? Aku yakin Aldi sudah tahu semua tentang aku, sehingga aku yakin sekalipun tak kujawab pertanyaannya, dia sudah mengetahui semuanya.
“Aldi..”
“Dinda..”
Kita berbicara diwaktu bersamaan. Kita berdua tertawa, tapi tetap saja sorot matanya seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Aldi tersenyum melihatku, seperti sudah tahu apa yang selanjutnya biasa kulakukan bersamanya jika kami tak sengaja berbicara bersamaan.
“FLIP FLOP!!!” seru-ku pada Aldi.
Permainan ini memang konyol, kedua orang yang tak sengaja berbicara bersamaan harus menutup matanya lalu mengucapkan permohonannya dalam hati. Setelah itu lalu kedua orang itu bersalaman lalu pada hitungan ketiga, kedua orang itu mengucapkan kata FLIP atau FLOP. Jika yang diucapkan keduanya berlawanan maka permohonannya akan terkabul, tapi jika sama, maka permohonannya tidak akan terkabul. Aku langsung menutup mata untuk mengucapkan permohonan. Aku berharap bahwa aku bisa tetap bersama Aldi menghabiskan waktu bersamanya seperti ini sepanjang hidupku, tidak ada pria atau wanita lain, tidak ada masa lalu, hanya ada kita dengan cinta yang sama. Ketika aku membuka mata, Aldi menatapku dengan senyum. Aku sedikit kaku dengan tatapan matanya, kucoba mengalihkan perhatiannya dengan menghitung untuk memulai permainannya.
“satuuu.. duaaa.. tiii..”
Tiba-tiba tangan kanan Aldi menarik tangan kananku yang masih bersalaman, dan tangan kirinya menarik badanku hingga bibir kami saling menyatu beberapa saat.
“maaf..”
Aldi melepaskan tangannya. Badanku masih terpaku, fikiranku menjadi kacau. Tak kusangka ini akan terjadi. Perasaanku berkecamuk. Apa yang membuatnya seperti ini? Apakah cinta yang selama ini kujaga dan kusimpan rapih akhirnya terbaca olehnya? Apakah hati ini mulai menemukan pemiliknya? Apa artinya ini? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang melayang dalam fikiranku.
“ akan kuantarkan kau pulang” hanya itu kalimat yang terlontar, lalu dia menarik tanganku dan menuntunku menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan tak ada sedikitpun kata yang terlontar dari mulut kami. Suasana di dalam mobil sangat hening. Hingga akhirnya kami sampai di depan rumahku. Aldi membukakan pintu mobil untukku. Masih kulihat kesedihan di dalam matanya yang sayu ketika dia melihatku. Aku harus menanyakan padanya apa yang sebenarnya terjadi. Ketika mulutku akan berucap dan tanganku ingin menggenggam tangannya, Aldi membalikkan badannya dan masuk kedalam mobil, kemudian pergi, tanpa sepatah katapun terucap dari mulutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar